Jumat, 18 Juni 2010

MENSYUKURI HIDAYAH

Agus Hermawan, S.Ag

Hidayah adalah petunjuk Allah swt. kepada manusia mengenai keimanan dan keislaman, petunjuk yang diberikan-Nya kepada orang-orang yang beriman, petunjuk yang diberikan-Nya kepada manusia sehingga mereka berada pada jalan yang lurus (sesuai dengan tuntunan-Nya), petunjuk yang diberikan secara halus dan lemah lembut. Hidayah berasal dari akar kata hada, yang artinya memberi petunjuk.

Suatu ketika Nabi Muhammad saw. memohon kepada Allah swt. agar pamannya ( Abu Thalib ) yang telah mengasuhnya sejak kecil yang selalu menolong dan melindungi dirinya dari gangguan orang – orang kafir Quraisy, diberikan hidayah oleh Allah swt. untuk memeluk agama Islam. Namun permohonan Nabi dijawab oleh Allah swt. dengan firman-Nya :

Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang – orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang–orang yang mau menerima petunjuk”.( Q.S. Al Qashash : 56 )


Ayat ini menegaskan bahwa yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang benar hanyalah Allah swt. bukan manusia. Sekalipun kita sudah beru- saha sekuat tenaga untuk mengajak seseorang memeluk agama Islam, atau mengajaknya untuk menjalankan ibadah dan mentaati Allah swt., namun kalau hatinya tidak dibuka untuk menerima petunjuk dan tidak ada kesunggu- han untuk memperbaiki diri, maka Allah swt. pun tidak akan memberi petun- juk (hidayah) kepadanya.

Subhaanallaah…. Patutlah kita bersyukur kepada Allah swt. karena kita ( kaum muslimin ) yang tidak hidup bersama Nabi saw., tidak pernah melihat dan menyaksikan kemu’jizatan Nabi saw., dipilih oleh Allah swt. untuk mendapatkan hidayah dan meyakini Islam sabagai satu – satunya Diin ( agama ) yang benar dan membawa keselamatan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Hidayah merupakan intan termahal dan mutiara yang paling berharga yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Karena hidayah agama inilah seorang muslim dapat merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah swt., nikmatnya shalat berjama’ah, bersedekah, menuntut ilmu dan nikmat dapat mencintai dan dicintai Allah swt., serta selalu bersemangat dalam mentadab- buri Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Para ulama membagi hidayah Allah swt menjadi empat tingkatan, yaitu :

1. Hidayah berupa naluri ( garizah )

Potensi naluri pada diri manusia sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan potensi itulah manusia dapat memepertahankan hidupnya. Hal ini terutama terlihat pada bayi yang baru lahir. Pada saat bayi merasa lapar ia dianugerahi petunjuk Allah swt. berupa kemampuan mengisap susu ibunya, dan ibunyapun diberi anugerah untuk memenuhi keinginan bayinya lalu menyusuinya.

2. Hidayah berupa panca indera

Panca indera berupa mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap dan kulit untuk meraba dan merasa, semuanya merupakan petunjuk Allah swt bagi makhluknya guna mencapai sesuatu dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kontak dengan dunia luar tidak mungkin dapat dilakukan dengan naluri, tetapi hanya dapat dilakukan dengan panca indera. Karena itu, panca indera merupakan hidayah yang lebih tinggi tingkatannya dari naluri.

3. Hidayah berupa akal

Hidayah Allah swt. dalam bentuk akal hanya dianugerahkan pada manusia, tidak kepada binatang. Fungsi akal terutama untuk membedakan yang baik dengan yang buruk sebelum syareat datang memberikan penjelasan. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan akal manusia dapat sampai kepada kesimpulan bahwa Allah swt. itu ada dan manusia wajib patuh kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Meskipun demikian, kemampuan akal manusia sangat terbatas. Ia tidak dapat menjawab sekian banyak pertanyaan manusia, khususnya yang berkaitan dengan alam metafisika atau menyangkut kehidupan sesudah mati. Karenanya manusia membutuhkan hidayah dalam tingkatan yang lebih tinggi, yaitu hidayah agama.

4. Hidayah Agama

Hidayah agama merupakan hidayah tertinggi yang dianugerahkan Allah swt. kepada makhluk-Nya. Agama terutama berfungsi memberi jawa- ban menyangkut sekian banyak hal yang tak mampu dijawab akal, atau meluruskan beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh akal. Dengan kata lain, agama berfungsi membimbing akal, agama diturunkan untuk memberi kon-firmasi dan justifikasi terhadap pendapat akal. Artinya tidak semua permasalahan agama dapat diterima dan terjangkau oleh akal manusia. Sebagai contoh akal manusia tidak dapat menjangkau masalah-masalah ghaib, seperti tentang keberadaan ruh, adanya alam barzakh (alam kubur), adanya malaikat dan alam akhirat. Bahkan Rasulullah saw. menyuruh kita untuk tidak memikirkan tentang zatnya Allah swt., akan tetapi kita diperintahkan untuk memikirkan tentang makhluk ciptaan-Nya saja.

Hidayah agama inilah yang membimbing manusia kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah swt. yang mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada nur (cahaya iman), dari kemusyrikan kepada ketauhidan, dari permu- suhan kepada persaudaraan dan dari kehinaan kepada kemuliaan.

Alangkah indahnya jika kita dapat istiqomah dalam hidayah agama ini, tidak terkotori dan terkontaminasi oleh bunga-bunga indahnya dunia yang membuat kita terlena dan lupa beribadah kepada Allah swt. serta terlindungi dari virus-virus syetan yang selalu mengajak kita untuk berbuat dosa dan maksiyat.

Oleh karenanya, mari kita senantiasa berdoa agar diberi istiqomah dalam hidayah dan tidak condong kepada kesesatan dan kemaksiyatan untuk selamanya.

(Mereka berdoa); “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari Engkau, karena seseungguhnya Engkaulah Maha Pemberi karunia)” (Q.S. Ali Imran : 8)
Disusun dari berbagi sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar