Agus Hermawan, S.Ag
”Dan telah berfirman Tuhanmu: “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan permohonanmu..”.(QS. Al Mu’min : 60)
Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran… (QS. Al Baqarah:186). Ayat tersebut memastikan bahwa Allah memperkenankan hamba-Nya berdoa kepada-Nya, dan Allah pasti akan mengabulkan doa tersebut. Oleh sebab itu, jangan tidak berdoa, dan jangan pula sedikit berdoa. Perbanyaklah berdoa. Allah berkenan dengan doa kita dan pasti mengabulkannya.
Di tengah kehidupan yang makin sulit ini, harga kebutuhan pokok naik, kriminalitas meningkat, korupsi merajalela, dan sebagainya, sudah seharusnya kita berpaling kepada Allah swt. dengan memperbanyak doa. Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan hidup tersebut, mohonlah sebagian karunia-Nya. Namun demikian, ada syarat yang harus dipenuhi agar doa kita dikabulkan, yakni senantiasa menjalankan hidup dengan kebenaran. Menjalankan hidup dengan benar adalah dengan memenuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya seperti yang disinggung dalam Surat Al Baqarah ayat 186 tersebut.
Memang tidak jarang manusia berpaling dari kehidupan yang benar setelah doanya dikabulkan. Seolah-olah kebahagiaan hidup hanyalah kemudahan di dunia ini saja. Seolah-olah mereka tidak akan lagi berhadapan dengan kesulitan yang sama atau lainnya. Manusia juga sering lupa akan kebahagiaan akhirat kelak.
Seorang hamba seharusnya punya keinginan kuat untuk selalu hidup bahagia di dunia dan akhirat. Keinginan kuat itu bisa terwujud dengan ikhtiar yang kuat pula. Namun, jangan pernah melupakan doa kepada Allah swt. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah mengajarkan kepada orang yang beriman untuk berdoa demi kebaha- giaan hidup di dunia dan akhirat. Doa itu termuat dalam surat Al Baqarah ayat 201, “Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar (Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka).” Keinginan yang kuat untuk dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat, juga harus dibarengi dengan doa yang sungguh-sungguh.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda tentang permintaan orang yang berdoa. Sabda Rosulullah saw,….”akan tetapi hendaknya ia meyakini dengan apa yang dimintanya.” Ad Dawudi dalam Fath Al Baari menjelaskan makna “meyakini dengan apa yang dimintanya” adalah bahwa manusia yang berdoa itu bersungguh-sungguh dan bersikeras seperti berdoanya seorang fakir yang benar-benar kesusahan.
Dalam hadits riwayat Muslim juga disebutkan hadits Nabi saw.tentang doa yang seharusnya dipanjatkan penuh hasrat dan keinginan. Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian berdoa, maka hendaknya ia membesarkan hasrat dan keinginannya. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dianggap besar bagi Allah swt.”Doa yang penuh semangat, yakin dan penuh harapan tersebut juga dapat memperkuat ingatan seorang hamba kepada Allah swt.
Adapun hasil dari doa yang kita panjatkan bermacam-macam tergantung kadar keimanannya kepada Allah swt. serta berkaitan pula dengan cara, tempat dan waktu kita berdoa. Ada kalanya doa kita langsung dikabulkan oleh Allah swt, ada juga doa yang ditunda terkabulnya atau terkabul pada waktu-waktu yang akan datang, dan ada juga doa kita yang dikabulkan oleh Allah swt. berupa pemberian lain (tidak sesuai) dengan yang kita minta .
Sahabat Rasulullah saw, Saad bin Abi Waqas, minta petunjuk kepada beliau agar doanya kepada Allah selalu dikabulkan. ''Perbaikilah makanan- mu,'' ujar Rasulullah saw memberi nasihat. Lalu beliau melanjutkan, ''Barangsiapa memakan barang yang halal, maka bersinarlah agamanya, lemah lembut hatinya, dan tiada dinding penghalang antara doanya dan Allah swt. Sebaliknya, barangsiapa memakan barang yang subhat (diragukan kehalalannya), maka gelaplah agamanya dan tertutup hatinya. Barangsiapa memakan barang yang haram, ringanlah agamanya, mati hatinya, lemah keyakinannya dan Allah mengutuknya.''
Nasihat tadi tentu tak hanya untuk Saad bin Abi Waqas, tapi juga untuk seluruh umat Islam. Lebih lagi di saat sekarang ini, apa yang diperingatkan oleh Rasulullah itu sangat penting untuk kita renungkan.
Cobalah perhatikan fenomena umum di sekitar kita. Kehidupan yang kompetitif, serta tuntutan kebutuhan hidup yang melambung tinggi, membuat sebagian orang cenderung memilih jalan pintas dengan tidak memperhatikan soal halal dan haram dalam mendapatkan rezeki. Padahal, dalam Islam diperingatkan bahwa rezeki yang tidak halal pada akhirnya merupakan bencana dan kerugian bagi manusia itu sendiri, yang tidak hanya akan dialami di akhirat nanti.
Rasulullah saw pernah mengisahkan, ''Ada seseorang yang khusuk berdoa kepada Allah. Tetapi, bagaimana Allah akan memperkenankan doanya, sementara yang dimakannya sehari-hari berasal dari harta yang haram, pakaian yang melekat di badannya adalah pakaian yang haram, darah yang mengalir di tubuhnya mengandung zat makanan yang haram, dan ia bergelimang dengan penghasilan yang haram.''
Dalam hadis lain, Rasulullah saw juga menjelaskan bahwa apabila seseorang memasukkan ke dalam rongga mulutnya makanan yang diperoleh melalui jalan yang tidak halal, maka selama empat puluh hari ibadahnya tidak diterima Allah, yakni selama di darahnya mengalir zat-zat makanan yang tidak halal itu.
Selain itu, Rasulullah saw menegaskan sebab lain tertolaknya doa, yaitu apabila kita sudah tidak lagi peduli (apatis) dengan lingkungan di sekitar kita, dengan melalaikan tugas menegakkan kebaikan dan memberantas kemungkaran. Diriwayatkan oleh Aisyah ra: Pada satu ketika Rasulullah saw masuk ke rumah dengan wajah sendu. Beliau terus berwudhu lalu naik ke mimbar, mengucapkan tahmid kepada Allah, lalu beliau bersabda, 'Wahai manusia, sesungguhnya Allah SWT baru saja berfirman kepadaku: wajib bagi kamu sekalian mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar. Agar jangan datang satu saat, di mana kamu berdoa tetapi Aku (Allah) tidak menjawab doamu, kamu meminta tetapi Aku tidak kabulkan, kamu memohon pertolongan tetapi Aku tidak memberi pertolongan'.
Demikian Rasulullah saw mengamanatkan kepada sekalian umatnya penyebab tertolaknya doa. Bila doa tidak terjawab lagi, bukan berarti Allah tidak lagi bersifat Maha Pemurah, tetapi manusialah yang mesti mengaca diri. Wallahu a'lam bis shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar