Agus Hermawan, S.Ag
”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar ”. (Q.S. An Nisaa’ : 9)
Diantara amanah terbesar yang Allah swt. berikan, ialah anak –anak yang ada pada keluarga kita masing-masing. Dalam pandangan Islam, anak bukan hanya sebagai karunia dan nikmat, yang dapat memberi kebahagiaan dan kesejukan hati untuk kedua orang tuanya, namun anak juga merupakan amanah/titipan dari Allah swt. yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya, bukan hanya harus memenuhi segala kebutuan dasar (pokok) materi mereka, tetapi juga menyangkut masalah kesehatan, pendidikan, penerapan nilai-nilai keagamaan,. serta memberikan contoh keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
Anak adalah rezeki dari Allah swt. untuk kedua orang tuanya. Seti- ap anak yang lahir ke dunia ini sudah disiapkan rezekinya oleh Allah swt. Mulai dari dalam kandungan (rahim), Allah swt. memberikan makanan dan minuman melalui tali plasenta ibunya, setelah mereka lahir, Allah swt. sudah siapkan dengan ASI (air susu ibu) yang sehat, higinis dan memiliki daya imun yang kuat terhadap virus-virus yang masuk ke dalam tubuhnya. Setelah anak-anak sudah memulai memakan makanan selain ASI, maka Allah swt.pun menumbuhkan gigi-gigi mereka, agar dapat mengunyah makanan dengan lembut dan mudah dicerna oleh usus-usus dalam perutnya.
Oleh karenanya, wahai orang tua yang budiman, janganlah takut menjadi miskin, jika kita diberi anak oleh Allah swt., karena pasti Allah swt. akan menyertainya dengan rezeki yang berkah. Jika diibaratkan, ketika kita titip sepeda motor di tempat penitipan, saat kita hendak melanjutkan perja- lanan ke tempat bekerja, atau di pasar-pasar, maka kita akan memberikan uang titipan motor kepada orang yang menjaganya. Maka demikian pula halnya dengan anak yang Allah swt. titipkan, pasti Allah swt. akan membayar / memberi rezeki kepada kita, sebagai orang tua yang menjaganya, asalkan kita selalu berikhtiar/berusaha dan berdo’a kepada-Nya.
Jika kita perhatikan firman Allah swt. pada surat An Nisaa’ ayat 9 di atas, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua, yaitu:
1. Tidak meninggalkan generasi yang lemah
Suatu hal yang ditakutkan oleh Allah swt. terhadap orang tua, ialah apabila mereka memiliki anak-anak yang lemah, yang nantinya akan ber- pengaruh terhadap kesejahteraan hidupnya. Lemah yang dimaksud disini dapat berupa lemah iman, lemah akhlaq dan moral, lemah ekonomi, lemah fisik/jasmani serta lemah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Agar hal ini tidak terjadi, maka orang tua hendaknya lebih memperhatikan pendidikan mereka, baik pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan sekitar. Karena dengan pendidikan yang baik, berkualitas dan memiliki muatan agamis, se- mua kekhawatiran yang ditakutkan dapat dihindari.
Terlebih lagi, pendidikan agama bagi mereka. Sejak usia dini per-
kenalkan anak-anak kita kepada agama Islam, ajak mereka shalat berjama’ah ke masjid, biasakan membaca Al Quran bersama di rumah, serta berikan me- reka keteladanan /uswah yang terbaik. Hendaknya kita memasukkan anak-anak kita ke tempat-tempat pengkajian Alquran (TPA), dan jika mereka sudah berusia remaja dan dewasa hendaknya diikut sertakan dalam kegiatan- kegiatan keagamaan di sekolah-sekolah (melalui ROHIS), dimasjid-masjid dan mushalla. Karena kalau kita menginginkan memiliki anak-anak yang saleh dan salehah, hanya dengan mengandalkan 2 jam pelajaran agama dalam seminggu di sekolah-sekolah umum, maka hal ini akan jauh dari harapan.
Perhatikan firman Allah swt. dalam surat At Tahrim ayat 6 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
2. Perintah untuk bertakwa
Setelah kita diingatkan oleh Allah swt. untuk selalu memperhatikan
anak-anak agar jangan sampai mereka menjadi generasi yang lemah, maka Allah swt. kembali mengingatkan kita untuk selalu bertakwa kepada-Nya.
Kenapa harus bertakwa ? Karena takwa merupakan kunci kesuksesan hidup seorang muslim disisi Allah swt. Jika dikaitkan dengan surat An-Nisaa’ ayat 9 di atas, takwa di sini mengandung dua pengertian. Pertama, bahwa jangan sampai untuk mementingkan kesejahteraan anak-anak, dan dalam mencari rezeki kita menggunakan segala cara, termasuk cara yang diharamkan oleh Allah swt.
Kedua, tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya meru- pakan hal yang sangat berat, sehingga kita membutuhkan pertolongan dan kemudahan. Dan ternyata kemudahan dan pertolongan yang kita cari terse- but, terdapat pada ketakwaan yang kita miliki. Semakin kita dekat dan bertakwa kepada Allah, maka pertolongan-Nya akan cepat datang. Namun semakin jauh dan berkurang ketakwaan kita kepada-Nya, maka pertolongan Allah pun akan lambat datang kepada kita. Bukankah Allah swt. telah berjanji dalam Alquran, bahwa “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah nis- caya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”? (Q.S. Ath-Thalaq : 2-4). Janji Allah swt. ini pasti mutlak kebenarannya.
Kalau sekiranya selama ini belum terwujud, maka kita hendaknya berintros- peksi diri, mungkin kita belum sebenar-benarnya bertakwa kepada Allah.
3. Mengucapkan perkataan yang benar
Dalam usaha membentuk generasi yang saleh dan salehah, faktor dominan yang harus nampak ialah faktor keteladanan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Baik itu dari kedua orang tuanya, kakak atau adik, tetangga, juga teman sepermainan di rumah dan di sekolah.
Sering terjadi di sekitar kita, ada anak-anak kecil yang mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak baik dan sopan. Hal ini terjadi karena mereka suka mendengar dari orang-orang dewasa yang ada di lingkungan mereka, bahkan terkadang mereka mendengar dari mulut orang tua mereka sendiri.
Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaknya kita berhati-hati dalam berbi-
cara. Mari selalu mengucapkan perkataan yang benar, yaitu perkataan yang mengandung manfaat kebajikan, perkataan yang tidak menyakiti hati dan perasaan orang lain, serta perkataan yang mengandung ajakan da’wah atau tausiyah mengajak orang lain melakukan kebenaran dan menghiasi diri dengan kesabaran. Sekali lagi anak adalah amanah. Bagi orang tua, anak adalah permata hati yang tidak ternilai harganya. Dalam bahasa agama, anak adalah qurrata a`yuun, penyedap mata, dan tentunya penenteram jiwa buat kedua orang tuanya. Merupakan kebahagian tersendiri bagi orang tua yang memiliki anak saleh dan taat padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar